Surat Terpilih untuk Februari oleh Shinta Saloewa Rotinsulu

"Jika perasaan sulit disuarakan maka suratkanlah"

Surat untuk Februari 

Aku ingin berkisah, tentang seorang lelaki yang kutemui di suatu pagi yang cerah, di sebuah kota berpantai indah.

Aku mengenalnya lewat dunia maya.
Memangkas jarak lewat layar datar yang memperlihatkan senyum teduhnya yang memesona. Menebar rindu lewat suara beratnya yang syahdu. Menukar asa lewat pelbagai obrolan absurd yang bergulir tak kenal waktu.

Aku tertawa kencang ketika dia bercerita mengenai hal konyol dalam kesehariannya. Aku menahan sedih saat dia bertutur lirih soal masalah hidupnya. Bersamanya, luapan emosi berkelindan, liar nan menyenangkan.

Impianku sederhana, hidup menua dengan pasangan yang mau berjuang bersama. Impiannya pun tak jauh beda, menjalani hidup tenang tanpa banyak drama—katanya. Inginku dan inginnya, kita belajar untuk saling bekerja sama, saling menjaga, minimal tak saling menorehkan luka.

Ternyata, meraih akhir yang bahagia tak semudah mengetik kata "hahahaha" kala hati dan pikiran sedang tak baik-baik saja. Jarak menganyam prasangka yang perlahan berbuah kecewa. Menjadi dewasa memang teramat menguras tenaga. Pelajaran berharga bahwa selamanya kita jangan pernah berharap pada manusia.

Bukannya aku menyerah, apalagi pasrah. Pada akhirnya, aku hanya bisa menitipkan segala rasa kepada Sang Pemilik Semesta. Lewat lantunan delapan baris Al-Insyirah yang kubaca tiap teringat kenangan tentang kita.

Tak mengapa. Toh, takdir hanya memintamu untuk hadir, sekadar mampir, walau tak sampai di garis akhir.

#SuratUntukFebruari2024 #PecanduBukudiKaryaKarsa #PecanduBuku